Sekarang ini, mamografi merupakan cara yang lazim digunakan untuk memeriksa kanker payudara. Namun, ilmuwan telah mengembangkan tes jarum sederhana untuk digunakan dalam pemeriksaan kanker payudara ini. Tes ini dapat membantu wanita yang sangat berisiko mengalami penyakit ini untuk memastikan apakah dia harus menggunakan obat pencegahan atau menjalani operasi pencegahan.
Tim dari University of Kansas Medical Center melakukan pemeriksaan terhadap 480 wanita yang dianggap berisiko mempunyai kanker payudara, karena faktor riwayat keluarga maupun karena biopsi telah memperlihatkan adanya sel-sel kanker atau prakanker. Masing-masing wanita telah menjalani antara delapan hingga sepuluh kali prosedur yang disebut aspirasi jarum halus. Jarum ini mengambil sedikit sel dari sekitar puting susu.
Tim dari University of Kansas Medical Center melakukan pemeriksaan terhadap 480 wanita yang dianggap berisiko mempunyai kanker payudara, karena faktor riwayat keluarga maupun karena biopsi telah memperlihatkan adanya sel-sel kanker atau prakanker. Masing-masing wanita telah menjalani antara delapan hingga sepuluh kali prosedur yang disebut aspirasi jarum halus. Jarum ini mengambil sedikit sel dari sekitar puting susu.
Prosedur ini hampir tidak menimbulkan rasa sakit. Ahli patologi mempelajari sel-sel ini dan mengelompokkannya sebagai sel normal atau mulai menggumpal dan terlibat sebagai prakanker. Peneliti Profesor Bruce Kimler mengatakan, tes ini sangat ampuh memprediksi siapa yang mempunyai kanker payudara dalam empat tahun lagi. Secara keseluruhan, 102 wanita mempunyai sel yang kelihatannya prakanker. Di antaranya, 17 mempunyai kanker payudara. Hanya tiga wanita lain yang sel-selnya kelihatannya relatif normal akhirnya menderita kanker.
Mirip dengan pap smear serviks
Profesor Kimler mengatakan, tes ini mirip dengan Pap smear, yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker serviks (mulut rahim). Dia mengatakan, “Kami tidak menjual alat ini sebagai Pap smear berikutnya. Tetapi kami menganggapnya sebagai alat yang sangat berguna dalam dunia uji coba riset.”
Delyth Morgan, direktur lembaga sosial Breakthrough Breast Cancer, mengatakan bahwa riset ini menarik – tetapi diperlukan lebih banyak upaya untuk mempelajari kegunaannya. “Hanya antara 5% dan 10% kanker payudara terjadi akibat faktor keturunan. Keputusan yang dihadapi wanita yang mempunyai risiko tinggi kanker payudara ini sangat sulit dan bersifat pribadi. Kita harus memastikan bahwa mereka mendapatkan sebanyak mungkin informasi sehingga keputusan ini didasarkan pada informasi yang memadai.”
Morgan mengatakan, setelah diidentifikasi dua gen utama dalam dasawarsa lalu (BRCA1 dan BRCA2), pemeriksaan genetika sekarang dapat merupakan petunjuk apakah seorang wanita berisiko tinggi mengalami kanker payudara. Hasil positif untuk kedua gen BRCA ini berarti 80% berisiko menderita kanker payudara dalam hidupnya. Kebanyakan risiko ini akan muncul kemudian hari dalam hidupnya. Para ilmuwan tidak sanggup menyebutkan dengan pasti kapan seorang wanita akan mendapatkan kanker payudara ini. Oleh karena itu, seorang wanita yang memperoleh hasil tes positif pada usia 40-an karena kedua mutasi ini dengan mudah akan melewatkan dua puluh tahun lagi tanpa mengalami masalah.
Ini dapat mempengaruhi apakah seorang wanita yang usianya lebih muda memilih salah satu atau kedua payudaranya diangkat untuk mencegah penyakit ini, atau menggunakan obat seperti Tamoxifen yang mungkin saja mempunyai efek samping yang sangat besar. Tim Profesor Kimler menggunakan metodenya ini untuk memilih wanita yang dilibatkan dalam uji coba klinis terhadap obat kanker payudara yang disebut DFMO. Obat ini dirancang untuk menghentikan perkembangbiakan sel-sel yang tidak terkendalikan yang menjadi awal munculnya kanker.
Sekarang ini, Tamoxifen adalah satu-satunya obat yang terbukti dapat mencegah kanker payudara. Seorang juru bicara Cancer Research Campaign mengatakan, studi lebih lanjut diperlukan. “Kami khawatir, tes ini dapat berarti bahwa beberapa wanita terlanjur harus menjalani mastektomi (operasi pengangkatan payudara), padahal sebenarnya tidak perlu!”
Sumber: kesrepro.info
Post a Comment