Di Amerika Serikat lebih banyak wanita meninggal karena penyakit jantung dibandingkan karena kanker. Dan penyakit jantung ini lebih berisiko bagi wanita yang telah mengalami menopause (berhenti menstruasi). Pada saat menopause, hormon estrogen menurun tajam dan peluang menderita penyakit jantung semakin meningkat. Mekanisme estrogen di dalam melindungi jantung adalah karena efek proteksi yang ditimbulkannya. Dalam publikasinya Heart Fitness for Life Mary P McGowan MD menuliskan bahwa estrogen akan meningkatkan kolesterol HDL (baik) dan menurunkan kolesterol LDL (jahat). Kolesterol LDL ini akan menimbulkan plak di dalam darah tetapi dengan kehadiran HDL yang tinggi yang berperan sebagai tukang sapu maka plak-plak yang mulai menempel akan dibersihkan.
Pada kasus-kasus penyakit jantung di Indonesia, ternyata lebih banyak orang menderita penyakit jantung karena kolesterol HDL yang rendah dan bukan karena LDL-nya yang tinggi. Oleh karena itu upaya-upaya peningkatan HDL harus dilakukan secara tepat sehingga dapat menekan risiko munculnya penyakit jantung koroner. Gaya hidup yang dapat menurunkan HDL adalah kebiasaan merokok.
Setiap kali kita menyalakan rokok, maka denyut jantung bertambah, kemampuan jantung membawa oksigen berkurang, HDL turun, dan menyebabkan pengaktifan platelet yaitu sel-sel penggumpal darah. Orang seringkali tidak mau berhenti merokok karena beralasan takut gemuk. Jadi alternatif mereka adalah ngemil sebagai pengganti rokok, dan akhirnya berat badan bertambah. Namun mereka tidak menyadari bahwa risiko penyakit jantung akibat merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat badan.
Di Amerika Serikat pada dekade tahun 1960an terdapat 34% wanita perokok, dan pada dekade tahun 1990an angka ini sudah turun menjadi 25%. Tidak diketahui berapa persen wanita Indonesia yang menjadi perokok. Tanpa menjadi perokokpun wanita sudah bersiko untuk menderita penyakit jantung yaitu ketika berhenti menstruasi.
Adanya hormon estrogen pada wanita yang masih aktif menstruasi akan menekan Lp(a) atau lipoprotein(a). Kadar Lp(a) rata-rata adalah 2 mg/dl, dan apabila Lp(a) meningkat sampai 20-30 mg/dl maka akan muncul risiko penyakit jantung koroner. Lp(a) ini berperan sebagai penggumpal yang kemudian bersama-sama plak yang ada dalam pembuluh arteri akan menyumbat aliran darah sehingga muncul serangan jantung. Sampai saat ini belum diketahui peranan diet atau olahraga terhadap kadar Lp(a), terapi yang telah dikenal bermanfaat untuk menurunkan level Lp(a) adalah pemberian estrogen dan niacin.
Estrogen sebenarnya bukan sekedar hormon pada wanita, karena diketahui bahwa estrogen juga dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan. Kolesterol LDL lebih mudah menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen sebagai antioksidan adalah mencegah proses oksidasi LDL sehingga kemampuan LDL untuk menembus plak akan berkurang. Peranan estrogen yang lain adalah sebagai pelebar pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen secara cukup.
Dengan berkurangnya estrogen pada saat menopause maka tubuh wanita menjadi rentan terhadap risiko penyakit jantung. Terapi estrogen (Estrogen Replacement Therapy) bertujuan agar hormon estrogen yang semakin berkurang ini dapat terisi kembali. Pada umumnya payudara wanita yang mengalami terapi estrogen akan menjadi lembek, selain itu juga muncul gejala-gejala mual, lemah dan pusing. Namun demikian, kebanyakan efek samping ini akan hilang setelah beberapa minggu terapi.
Dalam penelitian Postmenopausal Estrogen Progesterone Intervention diketahui bahwa kelompok wanita yang mendapat placebo (kontrol) dan kelompok terapi hormon, pada akhir penelitian yang berlangsung selama 3 tahun, mempunyai berat badan yang sama. Ini membuktikan, kekhawatiran bahwa terapi hormon akan meningkatkan berat badan tidak terbukti. Adalah wajar bahwa seiring dengan bertambahnya usia, wanita cenderung akan meningkat berat badannya dan ini sebenarnya dapat diatasi dengan diet dan olahraga.
Penggunaan terapi estrogen selama 5-10 tahun tidak akan menyebabkan kanker payudara. Di Amerika kanker payudara ini membunuh 45.000 wanita setiap tahun, oleh karena itu kaum wanita mesti berhati-hati dalam menghadapi setiap risiko yang akan meningkatkan terjadinya kanker payudara. Wanita-wanita pengguna terapi estrogen jangka lama (>5-10 tahun) risikonya untuk terkena kanker payudara meningkat tipis. Namun sebenarnya mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan deteksi dini atas munculnya kanker payudara ini.
Sebagaimana diketahui bahwa wanita menopause juga cenderung mengalami osteoporosis (tulang rapuh). Jumlah wanita yang meninggal akibat komplikasi retak pinggul akibat osteoporosis ternyata lebih besar dibandingkan mereka yang meninggal akibat kanker. Dengan terapi estrogen maka risiko osteoporosis dapat ditekan. Dampak positip pemakaian terapi estrogen bagi wanita adalah pola tidur menjadi lebih baik, suasana batin lebih tenang, dan dapat memperbaiki hubungan seksual suami-istri.
Apabila seorang wanita pada awalnya mempunyai kadar trigliserida darah tinggi (250 mg/dl) maka pemakaian terapi estrogen (pil) dapat merangsang peningkatan trigliserida. Terdapat keterkaitan metabolisme antara trigliserida dengan kolesterol HDL (baik). Apabila trigliserida tinggi maka HDL cenderung turun. Oleh karena itu sebelum menjalani terapi estrogen disarankan melakukan pemeriksaan profil lipid darah.
Telah diketahui bahwa untuk meningkatkan HDL diperlukan latihan olahraga yang teratur. Apabila dalam seminggu kita mampu membakar energi 800-1000 Kalori melalui olahraga atau aktivitas fisik lainnya maka HDL kita akan meningkat 4,4 mg/dl.
Ada indikasi bahwa wanita tidak memberikan respon secepat seperti pada pria dalam peningkatan HDL melalui olahraga. Oleh karena itu kontinuitas dan kesabaran kaum wanita benar-benar diuji ketika mereka mulai melaksanakan program latihan untuk meningkatkan HDL.
Menopause adalah kejadian alami yang harus dilalui oleh setiap wanita. Namun setiap wanita menghadapinya dengan beragam emosi, ada yang tenang-tenang saja dan ada pula yang gelisah. Gelisah karena khawatir tidak bisa lagi menjalankan tugasnya sebagai istri untuk membahagiakan suami. Sementara suami pada usia 45-55 tahun semakin bertambah gaya penampilannya karena ekonomi yang semakin mapan. Jadilah istri yang menghadapi menopause bertambah stres.
Bagi wanita muda penderita kanker payudara yang telah menjalani kemoterapi, menopause mungkin datang lebih awal dan lebih mendadak. Hal ini disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium untuk menghasilkan estrogen. Apakah wanita-wanita ini masih boleh menggunakan terapi estrogen?
Kekhawatiran utama adalah bahwa wanita muda penderita kanker ini mungkin terpaksa harus menjalani terapi estrogen lebih lama, dan secara teoritis penggunaan terapi estrogen jangka panjang akan memunculkan risiko kambuhnya kanker yang pernah diidapnya. Terapi estrogen akan meningkatkan kepadatan jaringan payudara dan ini juga akan menyulitkan deteksi kanker.
Namun demikian manfaat terapi estrogen itu sendiri telah diakui yaitu menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan risiko osteoporosis, dan mungkin menurunkan penyakit Alzheimer. Pada tahun 1993 National Education Cholesterol Program di AS mengakui pentingnya peranan terapi estrogen di dalam memperbaiki profil lipid (kolesterol) dan memperkecil risiko penyakit jantung. Mereka merekomendasikan terapi estrogen bagi wanita yang telah mengalami menopause yang level kolesterolnya tidak dapat dinormalkan sepenuhnya dengan diet dan olahraga.
Dianjurkan pada wanita-wanita menopause untuk melakukan pemeriksaan kolesterol, dan bila profilnya kurang baik segera lakukan modifikasi diet, gaya hidup dan olahraga. Bila hal ini juga tidak membantu konsultasikan pada ahli kesehatan untuk mendapatkan obat atau menjalani terapi estrogen.
Post a Comment