Laporan kasus Ginekologi Onkologi
Oleh dr. H.K. Suheimi.
DIVISI GINEKOLOGI ONKOLOGI
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUPNCM-FKUI
Oleh dr. H.K. Suheimi.
DIVISI GINEKOLOGI ONKOLOGI
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUPNCM-FKUI
Pendahuluan
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium1.
Kanker endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause2.
Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause3. Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi Tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif.3
Kanker endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik. Kanker endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival rate 5 tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut4.
Dengan pengetahuan yang baik tentang perdarahan pervaginam pasca menopause di dunia Barat, sebagian besar kasus ini, sekitar 77% terdiagnosis pada stadium dini4. Teknik skrining yang dapat digunakan adalah skrining non-invasif, seperti USG dan teknik invasif seperti pemeriksaan D&C dan biopsi endometrium yang merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi jaringan endometrium dan menjadi bakuan dalam menilai status endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitifitas yang baik dengan negatif palsu yang rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan. Namun demikian penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah melalui prosedur pembedahan.
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai satu kasus kanker endometrium beserta penatalaksanaannya.
Ilustrasi
Kasus Ny. K, 56 tahun datang ke poliklinik RSCM pada tanggal 10 November 2006 dengan keluhan perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 tahun yang lalu. Tidak ada keputihan, penurunan berat badan, benjolan di perut atau kemaluan maupun gangguan BAK atau BAB. Pasien punya 2 orang anak, yang terkecil usia 38 tahun dan telah menopause sejak 4 tahun yang lalu. Pasien menikah 1 kali dan suami pasien telah meninggal 1 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat penggunaan obat hormon untuk menopause. Tidak ada riwayat menderita tekanan darah tinggi atau kencing manis.
Status generalis TD 100/60 TB 142 BB 49 kg BMI 24,2, lain-lain dalam batas normal. Status ginekologis porsio dan mukosa vagina licin, uterus sebesar telur angsa, mobile, tidak berbenjol, kedua adneksa dalam batas normal, TSA baik, mukosa rektum licin. Pemeriksaan laboratorium, BNO-IVP, Rontgen thoraks dan pap smear dalam batas normal.
Pada USG didapatkan uterus membesar ukuran 8,01x5,95x6,68 cm dengan lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas 6,69x4,76x5,67cm dengan RI 0,3, kedua adneksa, hepar ginjal dalam batas normal.
Tanggal 12 Desember 2006 dilakukan D/C bertingkat dengan temuan uterus sebesar telur angsa tidak berbenjol dan kedua adneksa dalam batas normal, dengan sondase 9cm antefleksi, dari endoserviks didapatkan jaringan 0,5 cc dan endometrium 2 cc. Hasil PA memperlihatkan adanya adenokarsinoma berdiferensiasi sedang-buruk kemungkinan dari endometrium. Pasien direncanakan untuk dilakukan laparotomi surgical staging untuk menentukan stadium kanker endometriumnya, yang akhirnya akan menentukan terapi yang akan diberikan pada pasien. Baca diskusi selengkapnya
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium1.
Kanker endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause2.
Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause3. Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi Tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif.3
Kanker endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik. Kanker endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival rate 5 tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut4.
Dengan pengetahuan yang baik tentang perdarahan pervaginam pasca menopause di dunia Barat, sebagian besar kasus ini, sekitar 77% terdiagnosis pada stadium dini4. Teknik skrining yang dapat digunakan adalah skrining non-invasif, seperti USG dan teknik invasif seperti pemeriksaan D&C dan biopsi endometrium yang merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi jaringan endometrium dan menjadi bakuan dalam menilai status endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitifitas yang baik dengan negatif palsu yang rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan. Namun demikian penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah melalui prosedur pembedahan.
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai satu kasus kanker endometrium beserta penatalaksanaannya.
Ilustrasi
Kasus Ny. K, 56 tahun datang ke poliklinik RSCM pada tanggal 10 November 2006 dengan keluhan perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 tahun yang lalu. Tidak ada keputihan, penurunan berat badan, benjolan di perut atau kemaluan maupun gangguan BAK atau BAB. Pasien punya 2 orang anak, yang terkecil usia 38 tahun dan telah menopause sejak 4 tahun yang lalu. Pasien menikah 1 kali dan suami pasien telah meninggal 1 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat penggunaan obat hormon untuk menopause. Tidak ada riwayat menderita tekanan darah tinggi atau kencing manis.
Status generalis TD 100/60 TB 142 BB 49 kg BMI 24,2, lain-lain dalam batas normal. Status ginekologis porsio dan mukosa vagina licin, uterus sebesar telur angsa, mobile, tidak berbenjol, kedua adneksa dalam batas normal, TSA baik, mukosa rektum licin. Pemeriksaan laboratorium, BNO-IVP, Rontgen thoraks dan pap smear dalam batas normal.
Pada USG didapatkan uterus membesar ukuran 8,01x5,95x6,68 cm dengan lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas 6,69x4,76x5,67cm dengan RI 0,3, kedua adneksa, hepar ginjal dalam batas normal.
Tanggal 12 Desember 2006 dilakukan D/C bertingkat dengan temuan uterus sebesar telur angsa tidak berbenjol dan kedua adneksa dalam batas normal, dengan sondase 9cm antefleksi, dari endoserviks didapatkan jaringan 0,5 cc dan endometrium 2 cc. Hasil PA memperlihatkan adanya adenokarsinoma berdiferensiasi sedang-buruk kemungkinan dari endometrium. Pasien direncanakan untuk dilakukan laparotomi surgical staging untuk menentukan stadium kanker endometriumnya, yang akhirnya akan menentukan terapi yang akan diberikan pada pasien. Baca diskusi selengkapnya
Post a Comment