Menurut sebuah telaah sistematik baru, pemberian kemoterapi pada wanita sebelum menjalani pembedahan kanker payudara, membantu dokter memikirkan regimen pananganan terbaik dan dapat menurunkan waktu setelah pembedahan.
Temuan yang dipimpin oleh Sven Mieog, M.D. dari Leiden University Medical Center di Belanda yaitu kemoterapi pra operasi mengurangi infeksi terkait kemoterapi sebesar 4% dan kebutuhan mastektomi sebesar 17% ketika dibandingkan kemoterapi pasca operasi.
Mieog dan koleganya melihat 14 studi yang menyertakan 5.500 wanita yang menjalani operasi kanker payudara. Setengah wanita menerima kemoterapi pra operasi dan sisanya menerima kemoterapi setelah operasi.
Data menyebutkan laju kekambuhan kanker lebih tinggi pada wanita yang menjalani kemoterapi setelah pembedahan, walaupun tidak mempengaruhi laju ketahanan hidup, yang hampir sama pada kedua kelompok. Penulis menjelaskan, “Sepuluh studi melaporkan data ketahanan hidup sebanyak 4.620 wanita termasuk 1.139 yang diperkirakan meninggal. Tidak ada perbedaan yang terdeteksi antara pra operasi dan pasca operasi.”
Telaah ini muncul dalam Cochrane Database of Systematic Reviews 2007, issue 2, sebuah publikasi dari The Cochrane Collaboration (www.cochrane.org). Telaah sistematika menggambarkan kesimpulan berbasis bukti tentang praktek pengobatan setelah mempertimbangkan baik isi dan mutu trial yang ada pada suatu topik.
Para peneliti mengatakan, salah satu alasan memberikan kemoterapi lebih dulu adalah untuk memeperkecil tumor sebelum pembedahan. Namun demikian, kemoterapi pra operasi mengarahkan dokter untuk melihat apakah suatu tumor resisten pada obat tertentu sehingga dosis penyesuaian atau pengalihan ke obat lain setelah pembedahan. Manurut Mieog, pasien mungkin terhindar dari efek samping toksik ketika mendapat kesempatan lain menerima penanganan sistemik yang sesuai.
Setelah pembedahan, dokter tidak dapat lagi menggunakan efek kemoterapi untuk mengecilkan tumor. Mieog mengatakan, “Perhatian harus ditingkatkan pada pasca operasi karena penggunaan kemoterapi ‘buta’ pada pasien dengan tumor yang resisten terhadap regimen khusus kemoterapi. Pasien-pasien ini akan mendapatkan kemoterapi tapi hanya mengalami efek samping membahayakan.” Penelaah dari Cochrane menemukan efek samping seperti rambut rontok, gejala-gejala jantung, mual dan muntah dan gangguan sel darah putih hampir sama pada kedua kelompok.
Mieog mengatakan, “Awalnya, kemoterapi pra operasi diatur untuk meningkatkan daya tahan hidup keseluruhan dengan tidak menunggu prosedur pembedahan dan pemulihan (beberapa bulan berarti sat atau dua sel kanker membelah). Kemoterapi juga meningkatkan laju konservasi payudara.”
Hasil telaah Cochrane menunjukkan bahwa tumor lebih banyak mengecil pada beberapa wanita yang menerima kemoterapi pra operasi dibandingkan yang lain. Para peneliti mencatat faktor-faktor berbeda dapat mempengaruhi hasil laporan, termasuk definisi respon, para penguji , metode dan tipe pengujian, populasi studi dan tipe kemoterapi yang digunakan.
Para peneliti mengatakan bahwa kemoterapi pra operasi adalah standar penanganan saat ini pada kanker payudara lanjutan yang terlokalisasi. Pilihan apakah wanita harus menerima kemoterapi pra operasi tergantung dari faktor yang bervariasi, yang menurut Mieog bukan merupakan isu, harga kemoterapi tidak berbeda signifikan sebelum dan sesudah pembedahan.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita, tidak tergantung latar belakang suku dan etnis. The National Cancer Institute (NIH) memperkirakan 192.000 wanita Amerika didiagnosa kanker payudara setiap tahunnya.[Sumber: Roche Indonesia]
Post a Comment