Sekali lagi, tentang METASTASIS

Aspek paling mematikan dari kanker adalah kemampuannya untuk menyebar ke organ lain dari tubuh, atau dikenal dengan sebutan metastasis.

Sel-sel kanker pada awalnya merupakan kelompok yang kemudian membentuk tumor primer. Setelah tumor terbentuk, maka satu demi satu - atau berkelompok - sel mulai melepaskan diri dari tumor ini dan melakukan perjalanan ke bagian lain dari jaringan tubuh. Proses inilah yang disebut metastasis. Sel-sel kanker ini bergerak melalui sistem peredaran darah atau getah bening[1] dan segera membentuk tumor baru di lokasi yang jauh dari lokasi awalnya (tempat di mana pertama kali tumor primer ditemukan).

Metastasis adalah proses sangat rumit yang masih belum sepenuhnya dipahami. Untuk bermetastasis, sebuah sel kanker harus melepaskan diri dari tumor primer, menembus sistem peredaran darah atau getah bening yang akan mengantarkannya ke lokasi baru di mana kemudian ia akan mengembangkan dirinya sendiri.

Pada dasarnya tubuh kita memiliki banyak sistem perlindungan guna mencegah sel-sel 'tidak dikenal' untuk melakukan hal seperti ini, dan sel-sel kanker sendiri sebetulnya juga tidak memiliki banyak kemampuan untuk mengatasi sistem pengamanan ini. Namun tokh nyatanya mereka dapat berbermetastasis. Karenanya studi dan penelitian tentang kanker belakangan ini berusaha lebih fokus pada usaha memahami bagaimana sel kanker bermutasi untuk menghindari sistem pertahanan tubuh, hingga bebas bergerak dan dapat menyebar ke organ lainnya.

Ketika kanker didiagnosis, mungkin ia ditemukan di suatu lokasi yang sebenarnya bukan lokasi tumor primer. Melalui berbagai cara pengujian, biasanya dokter akan menemukan letak tumor primer dan menentukan sejauh mana ia telah menyebar dari lokasi awalnya. Melokalisir tumor yang belum sempat bermetastasis memiliki prognosis terbaik untuk penyembuhan. Kanker yang telah bermetastasis biasanya menunjukkan tanda-tanda penyakit sudah pada tahap lanjut dan tentunya perawatan menjadi lebih sulit dengan hasil yang lebih buruk. Pada akhirnya, pasien kanker payudara misalnya, boleh jadi akan menyerah kalah pada kanker paru-paru, hati, atau otak, yang sesungguhnya bukan merupakan penyakit kanker asli yang dideritanya.

Metastasis umumnya terjadi melalui aliran darah atau sistem limfatik. Sama seperti sel-sel normal lainnya, sel-sel kanker juga membutuhkan suplai darah untuk dapat berfungsi. Mereka juga memiliki akses ke aliran darah sebagaimana yang dimiliki oleh sel-sel sehat. Akses inilah yang memungkinkan sel-sel kanker melepaskan diri dari tumor primernya untuk kemudian melakukan 'invasi' ke bagian mana saja dari seluruh tubuh. Begitu berada dalam aliran darah, sel-sel kanker dengan sendirinya memiliki peluang untuk bergerak ke seluruh tubuh. Sedangkan sistem limfatik juga memiliki saluran sendiri ke seluruh tubuh sama seperti sistem peredaran darah, lewat mana sel-sel kanker juga dapat dengan leluasa menyebar.

BAGAIMANA TERJADINYA METASTASIS?
Ketika ahli bedah mengangkat tumor, biasanya mereka juga akan mengangkat bagian terdekat dari sistem getah bening - termasuk kelenjar getah bening - yakni lokasi yang paling sering menjadi wilayah di mana sel kanker pertama kali bermetastasis. Jika metastasis sudah terjadi di sistem limfatik, maka upaya (prognosis) untuk penyembuhan akan menjadi sangat sulit.

Untuk memulai proses metastasis, pertama-tama sebuah sel tumor harus melepaskan diri dari tumor primer. Dalam jaringan normal, sel-sel saling mendukung dan menautkan diri satu sama lain pada jaringan ikat protein yang mengisi ruang di antara mereka. Jaringan ikat protein ini dikenal sebagai matriks ekstraseluler.[2] Lapisan antara sel-sel dan matriks ekstraselular disebut epitel, [3] yaitu jaringan sel yang membentuk lapisan kulit dan jaringan mulut, perut, paru-paru, dan organ lainnya. Untuk memisahkan dirinya, terlebih dulu sel-sel kanker harus melepaskan diri tidak hanya dari sel-sel di sekitarnya, tetapi juga dari matriks ekstraseluler. Sel diikat bersama oleh molekul adhesi sel[4]. Adhesi ini juga memungkinkan interaksi antara berbagai protein pada permukaan sel. Dalam sel-sel kanker, molekul adhesi ini nampaknya tidak ada atau terganggu. Cadherins, keluarga molekul protein adhesi antar sel, memainkan peran besar dalam menjaga sel-sel agar tetap bersama. Salah satu subtipe dalam keluarga ini, E-kaderin, adalah molekul adhesi yang ditemukan pada sel mamalia. Molekul ini tampaknya menjadi faktor penting dalam proses adhesi sel-sel. Di dalam sel kanker, sebagian atau seluruh E-kaderin tidak ada. Hal ini memungkinkan sel-sel kanker saling melepaskan diri antara satu sama lain, termasuk dari matriks yang menahan segala sesuatu tetap pada tempatnya. Studi klinis yang melibatkan manipulasi E-kaderin telah membuktikan bahwa molekul ini penting untuk menghentikan metastasis. Studi ini juga menunjukkan bahwa memblokir E-kaderin pada sel kanker mengubah mereka dari non-invasif menjadi invasif. Ini menunjukkan pentingnya adhesi sel, terutama kemampuannya dalam menghambat kapasitas sel kanker untuk 'berinvasi' dengan cara tetap mengikat mereka pada sel-sel lain. Jika adhesi sel terganggu, sel-sel kanker memiliki kesempatan untuk bermetastasis dan menyerang area lain dari tubuh. Dalam hal kanker mulut, penelitian menunjukkan bahwa air liur menyediakan lingkungan yang baik untuk metastasis. Air liur kaya alami hyaluronic acid (HA), molekul yang mengikat pada permukaan sel, sehingga memudahkan sel untuk bergerak. Ini membantu sel kanker melarikan diri dari adhesi sel dan memungkinkannya untuk bergerak lebih bebas.

Selain mengikatkan diri antara satu sama lain, sel juga terikat pada matriks ekstraselular, yaitu matriks yang terdiri dari protein jaringan ikat seperti kolagen[5] dan elastin yang berinteraksi untuk membentuk material yang sangat tidak larut. Matriks ekstraseluler tidak hanya mengikat sel-sel, juga memungkinkan sel untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Penelitian telah menunjukkan bahwa sel memiliki ketergantungan pada tempat di mana ia menetap. Ini berarti bahwa sel tidak dapat bereproduksi kecuali melekat ke permukaan jaringan. Ini dimungkinkan melalui molekul permukaan sel yang disebut integrins, yang terikat ke matriks ekstraseluler. Hanya setelah sel melekat ke permukaan jaringan saja siklus reproduksi tersebut dapat dimulai. Sel yang berdiri sendiri tidak akan bereproduksi, atau tumbuh. Sebuah protein nuklir yang disebut E-CDK2 mengatur pertumbuhan dan pembagian sel. Jika sel tidak melekat pada apa pun, maka zat penghambat dalam inti sel akan mematikan E-CDK2, sehingga sel berhenti tumbuh. Banyak sel-sel yang tidak dapat menemukan tempat untuk melekatkan diri, sehingga mereka tidak hanya berhenti berkembang, tetapi juga mulai apoptosis, atau melakukan bunuh diri secara terprogram.

Kemampuan menghentikan pertumbuhan sel-sel tidak terikat adalah salah satu sistem pengamanan tubuh untuk mempertahankan integritas jaringan. Sel-sel normal memiliki tempat tertentu di mana mereka harus menetap agar dapat bertahan hidup. Namun, sel-sel kanker dapat eksis tanpa harus menetap. Protein E-CDK2 mereka tetap aktif dan memungkinkan sel-sel kanker untuk tumbuh dan berkembang biak. Apa yang menyebabkan protein E-CDK2 mereka tetap aktif belum diketahui, namun para peneliti menduga bahwa ini ada hubungannnya dengan proses onkogen[6]. Onkogen adalah versi mutasi proto-onkogen[7] yang terdapat pada sel-sel sehat, dan mampu mengubah sel normal menjadi sel ganas. Ada kemungkinan bahwa di dalam sel kanker, protein yang dibuat oleh onkogen menyampaikan pesan palsu bahwa sel sudah terikat, padahal sebenarnya tidak. Hal ini memungkinkan sel kanker tetap tumbuh dan berkembang biak saat seharusnya mereka masuk dalam proses apoptosis, atau kematian sel terprogram.

Setelah sel kanker terlepas dari matriks ekstraselular dan sel lainnya, ia akan membuat jalannya sendiri ke dalam peredaran darah atau sistem limfatik agar dapat mencapai organ lain. Cara yang paling umum adalah melalui aliran darah, karena pembuluh darah sering berada di dekatnya. Tumor sendiri mampu menciptakan pembuluh darah baru (angiogenesis) karena kebutuhan mereka akan gizi, dan pembuluh darah ini tentunya memberikan peluang besar bagi sel-sel kanker untuk brgerak ke organ lain.

Masuk ke pembuluh darah membutuhkan penetrasi membran basal yang merupakan lapisan tipis matriks ekstraseluler khusus. Membran basal mengelilingi pembuluh darah tetapi mereka juga menyatu dengan sel epitel. Sel epitel, yakni sel yang merupakan wilayah paling umum tumbuhnya kanker, memiliki membran basal yang memisahkan mereka dari petmukaan jaringan organ tubuh. Tumor kanker yang berkembang pada sel epitel harus menembus dua membran basal, yaitu epitel dan pembuluh darah untuk transportasi. Untuk ini sel kanker akan melepaskan enzim yang disebut metaloproteinase (MMPs). Enzim ini akan melarutkan membran basal dan matriks ekstraselular lainnya, sehingga memungkinkan penetrasi pada membran basal dan pembuluh darah yang akan memberikan akses baginya untk melakukan penetrasi ke bagian lain dari tubuh. Saat berada dalam aliran darah, sel kanker harus berjuang melawan sistem pertahanan tubuh sebelum akhirnya dapat (atau tidak apat) melekatkan diri di lokasi baru. Kurang dari 1 dalam 10.000 sel kanker yang mampu bertahan dalam upayanya membentuk tumor baru. Sirkulasi darah berperan penting dalam menentukan ke mana sel-sel kanker dapat melakukan perjalanan. Sel-sel kanker biasanya terjebak di gugus pertama pembuluh kapiler darah balik yang mereka hadapi di titik masuk. Sering kapiler ini berada di paru-paru. Karena setelah melalui berbagai organ, darah vena akan dikembalikan ke paru-paru untuk reoksigenasi, dan karena dari usus, pertama sekali darah diangkut ke hati, maka sel-sel kanker yang meninggalkan usus pun akan turut terbawa ke sana. Inilah yang menyebabkan mengapa paru-paru dan hati adalah dua tempat paling umum terjadinya metastasis dalam tubuh manusia.

Begitu berada di lokasi baru, sel-sel ini kembali harus menembus membran basal dan pembuluh darah, lalu mulai membangun sendiri jaringan barunya. Dalam tumor primer sendiri, hanya sel-sel kanker tertentu saja yang dapat bermetastasis. Tidak semua sel kanker memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam perjalanannya ke wilayah lain dari tubuh. Banyak sel-sel kanker yang melakukan perjalanan ini mati karena tidak memiliki kemampuan untuk bermetastasis. Sedangkan sifat-sifat di tumor primer sendiri, seperti deformabilitas, agregasi, dan ekspresi molekul perekat, mencegah sel-sel kanker untuk melepaskan diri dari induknya. Sementara itu, tubuh juga memiliki senjata, seperti turbulensi darah, trombosit, sel-T, sel-sel pembunuh alami, dan makrofag, yang terus beredar guna membunuh sel-sel berbahaya, termasuk sel kanker. Sel-sel tumor yang mencapai organ tujuan mereka juga mungkin tidak akan mampu merespon sifat-sifat spesifik dari organ tertentu, sehingga mereka juga dapat mati karenanya.

TIDAK SEMUA SEL KANKER MAMPU BERMETASTASIS 
Sebuah studi yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa kurang dari 1% melanoma B16 (sel tumor ganas) yang disuntikkan ke dalam tubuh tikus selamat dalam upaya mereka melakukan metastasis. Tingkat kelangsungan hidup yang kecil ini menguatkan dugaan bahwa pertumbuhan tertentu sub-populasi unik (sel tumor yang berkembang jauh dari tumor primer) ini memiliki sifat-sifat khusus. Sel-sel ini memiliki perangkat yang mereka perlukan untuk berhasil menyelesaikan proses metastasisnya. Sedangkan sebagian besar sel tumor lainnya akan mati di titik-titik tertentu dalam perjalanan mereka. Dari penelitian ini, sel-sel kanker ternyata dapat diidentifikasi dan diisolasi, sehingga membuktikan bahwa tidak semua sel kanker memiliki kemampuan untuk bermetastasis.

Ada juga studi yang menyimpulkan bahwa tumor tertentu hanya menghasilkan metastasis ke organ tertentu. Penelitian telah menunjukkan bahwa meskipun sel kanker dapat menjangkau seluruh organ tubuh, namun mereka memiliki ketertarikan hanya pada organ-organ tertentu saja. Hanya ketika sel mencapai organ-organ tersebutlah baru mereka berhenti dan berkembang biak. Ivan Stamenkovic dari Harvard Medical School mendukung teori ini saat ia berhasil mengarahkan penyebaran metastasis sel tumor dengan memasukkan molekul adhesi tertentu ke dalam hati tikus. Ternyata sel-sel tumor kemudian terkonsentrasi di sana. Molekul adhesi yang dimasukkan ke dalam hati tikus ini menunjukkan penanda benar bahwa sel-sel tumor memang mencari tempat-tempat tertentu untuk berkembang biak. Ini, dan masih banyak eksperimen lainnya, menunjukkan bahwa sel tumor dan jaringan tertentu dalam tubuh adalah penentu utama dari lokasi terjadinya metastasis.

Sumber: oralcancerfoundation.org | Disadur bebas dari atikel asli: Metastasize 

CATATAN KAKI 
[1] Lihat video di bawah catatan kaki ini. 
[2] Matriks ekstraseluler merupakan komponen paling besar pada kulit normal dan memberikan sifat yang unik pada kulit dari elastisitas, daya rentang dan pemadatannya. Matriks ekstraseluler merupakan komponen paling besar pada lapisan kulit dermis. Matriks ekstraseluler dapat mempengaruhi bentuk sel, kelangsungan hidup sel, perkembangbiakan sel, polaritas dan kelakuan sel. Sebagian besar sel perlu melekat ke matriks ekstraseluler untuk tumbuh dan berkembangbiak. Dua kelas utama makromolekul yang menyusun matriks ekstraseluler adalah rantai-rantai polisakarida pada kelas yang disebut glikosaminoglikans (GAGs), yang biasanya ditemukan terhubung secara kovalen dengan protein dalam bentuk proteoglikan dan Fibrous proteins, yang meliputi kolagen, elastin, fibronektin, dan laminin, yang memiliki fungsi struktural dan adhesif. Glikosaminoglikans (GAGs) merupakan rantai-rantai polisakarida tidak bercabang yang tersusun atas unit-unit disakarida berulang dan merupakan grup heterogenus pada rantai-rantai polisakarida yang bermuatan negatif yang terhubung secara kovalen dengan protein untuk membentuk molekul proteoglikan. Disebut GAGs karena satu dari 2 gula pada disakarida yang berulang selalu merupakan gula amino (N-acetylglucosamine/N-acetylgalactosamine). Gula kedua biasanya asam uronat (glukuronat atau iduronat). GAGs sangat bermuatan negatif karena ada grup sulfat atau karboksil pada sebagian besar gulanya.

Empat grup utama GAGs dibedakan berdasarkan gulanya, tipe hubungan diantara gula, dan jumlah serta lokasi grup sulfat: (1) hyaluronan, (2) chondroitin sulfat dan dermatan sulfat, (3) heparan sulfat, dan (4) keratan sulfat. Contoh GAGs: hyaluronan dan proteoglikan. Hyaluronan merupakan GAGs yang paling sederhana. Hyaluronan tidak mengandung gula yang bersulfat, semua unit disakaridanya sama, panjang rantainya sangat besar (ribuan monomer gula), dan umumnya tidak terhubung secara kovalen dengan beberapa protein inti. Proteoglikan tersusun atas rantai-rantai GAG yang terhubung secara kovalen dengan protein inti. Proteoglikan dianggap memiliki sebuah peranan utama dalam pemberian isyarat kimiawi diantara sel.

[3] Jaringan epitel adalah salah satu empat jaringan dasar (lainnya: jaringan penyambung, jaringan otot, jaringan saraf). Dahulu istilah epitel digunakan untuk menyebut selaput jernih yang berada di atas permukaan tonjolan anyaman penyambung di merah bibir (Epitel: Epi di atas; Thele bibir). Istilah ini kini digunakan untuk semua jaringan yang melapisi sesuatu struktur dan saluran.

[4] Adhesi sel adalah proses biologi di mana sel tunggal membentuk jaringan sel-sel di dalam tubuh seperti di urat dan pipa saluran darah (vaskulatur). Adhesi sel adalah penting untuk menetapkan morfologi sel, mitosis, pergerakan sel, agregasi sel di dalam tubuh. Proses dari adhesi sel mempunyai banyak peranan dalam penyakit yang berbeda termasuk, kanker, penyakit autoimmune (diabetes mellitus tipe 1, artritis, sklerosis multipel), dan trombosis. Sebagai contoh (lihat ilustrasi), sel yang normal di jangkar (adhesi) ke ekstraselular matriks dengan menggunakan reseptor-reseptor (protein) yang berada di permukaan sel. Reseptor-reseptor ini melekat ke protein-protein ekstraseluar matriks, seperti Fibronectin (Fn), Vitronectin (Vn), Fibrinogen (Fg), Laminin (Lm), dan Collagen (Cg). Reseptor di permukaan sel berasal dari family protein yang bernama Integrin. Secara kontras, sel kanker yang dalam melakukan metastasis tidak mempunyai sifat adhesi ke ekstraselular matriks, dan sel-sel kanker bisa bebas pindah ke bagian tubuh yang lain karena tidak melekat ke protein ekstraselular matriks (lihat ilustrasi). Adhesi sel juga berperan dalam proses pembekuan (agregasi) platelet di dalam darah (thrombosis). Proses ini di mulai dengan pengaktifan platelet yang menyebabkan reseptor gpIIb/III (family Integrin) merubah stuktur dan berinteraksi dengan Fibrinogen yang berada di plasma. Karena Fibrinogen terdiri dari tiga rantai (alpha, beta, gamma) yang masing-masing mempunyai sekuen yang dikenal (Arg-Gly-Asp atau RGD) oleh reseptor gpIIb/IIIa, beberapa sel-sel platelet bisa lengket ke satu molekul fibrinogen. Reaksi rantai antara Fibrinogen dan platelet membentuk agregasi platelet yang bisa menyebabkan penyumbatan aliran darah di pipa saluran darah.

Jenis adhesi sel
Adhesi sel dimediasi oleh reseptor protein di permukaan sel yang berasal dari famili integrin, immunoglobulin, dan cadherin. Ada dua kategori dari adhesi sel:
  • adhesi sel ke ekstraselular matrix protein seperti Fibronectin, Vitronectin, dll (seperti yang disebutkan diatas), dan
  • adhesi sel ke sel-sel lain.

Adhesi sel bisa dengan sel yang sejenis (homotipik) dan sel yang berbeda jenis (heterotipik). Contoh adhesi sel yang sejenis (homotipik adhesi sel) bisa ditemukan di jaring sel di pipa saluran darah (vaskular endothelial) dan lapisan sel epithelium di intestin. Adhesi sel secara heterotipik bisa ditemukan pada interaksi sel T dengan sel presentasi antigen ataupun adhesi sel T ke vaskular endothelial.

[5] Kolagen merupakan protein utama pada matriks ekstraseluler dan merupakan sebuah famili fibrous protein yang ditemukan dalam semua hewan multiseluler. Tipe utama kolagen yang ditemukan pada jaringan penghubung adalah tipe I, II, III, V, dan XI. Rantai polipeptida kolagen disintesis pada ribosom yang terikat membran dan dimasukkan ke dalam lumen retikulum endoplasma sebagai prekursor besar, yang disebut rantai pro-α. Setiap rantai pro-α lalu bergabung dengan dua yang lainnya untuk membentuk molekul heliks yang terikat hidrogen dan triple-stranded yang dikenal sebagai prokolagen. Setelah sekresi, molekul prokolagen fibrillar dipotong menjadi molekul kolagen, yang berkumpul menjadi fibril.Dalam pemanfaatannya, kolagen digunakan untuk bahan kosmetik agar kulit menjadi kencang karena sifatnya yang lentur.

[6] Onkogen (bahasa Inggris: oncogene) adalah gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor. Onkogen umumnya berperan pada tahap awal pembentukan tumor. Onkogen meningkatkan kemungkinan sel normal menjadi sel tumor, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker. Riset terbaru menunjukkan bawa RNA pendek (small RNA) sepanjang 21-25 nukelotida yang dikenal sebagai RNA mikro (miRNA) dapat mengontrol onkogen. Onkogen pertama kali ditemukan oleh Francis Peyton Rous pada tahun 1910[1] saat mengamati tumor pada unggas yang dapat ditransmisikan ke makhluk lain karena memiliki sel sarkoma yang mengandung retrovirus, yang kemudian disebut RSV (bahasa Inggris: Rous sarcoma virus). Tahun 1976 Dr. John Michael Bishop dan Dr. Harold E. Varmus dari Universitas California San Francisco membuktikan bahwa onkogen berasal dari proto-onkogen yang mengalami kerusakan. Proto-onkogen telah ditemukan pada banyak organisme, termasuk manusia. Atas penemuan penting ini, Dr. Bishop dan Dr. Varmus mendapat Penghargaan Nobel pada tahun 1989.

[7] Proto-onkogen adalah gen normal yang dapat menjadi onkogen bila mengalami mutasi, atau bila ekspresinya meningkat. Proto-onkogen mengkode protein yang diperlukan sel untuk regulasi perkembangbiakan dan diferensiasi. Proto-onkogen sering ditemukan berperan pada transduksi sinyal dan eksekusi sinyal mitogen, yang umumnya dilakukan oleh produk protein yang dihasilkannya. Setelah diaktifkan, proto-onkogen atau produk yang dihasilkan menjadi penginduksi tumor yang disebut onkogen.

Proto-onkogen dapat menjadi onkogen dengan sedikit modifikasi pada fungsi aslinya. Ada dua tipe pengaktifan, terjadi mutasi pada satu onkogen yang berakibat perubahan pada struktur protein, yang disebabkan oleh:
  • kenaikan aktivitas protein (enzim)
  • hilangnya regulasi
  • terjadinya hibrid antar protein melalui kerusakan kromosom pada pembelahan sel. Telah diketahui bahwa kerusakan kromosom yang

Terjadi saat pembelahan sel pada sumum tulang belakang dapat menimbulkan leukemia, meningkatnya konsentrasi protein, yang disebabkan oleh:
  • meningkatkan ekspresi protein akibat kesalahan regulasi
  • meningkatnya stabilitas protein, yang membuat keberadaan dan aktivitasnya dalam sel menjadi lebih lama
  • duplikasi gen, yang berakinat meningkatnya jumlah protein dalam sel.

Jenis: v-erbA adalah protein onkogen yang berasal dari proto-onkogen c-erbA tipe alfa yang berupakan pencerap inti hormon T3/T4, dan asam retinoat,[4] yang teraktivasi oleh avian erythroblastosis virus (AEV), yang mengakibatkan leukimia pada ayam dengan menghambat diferensiasi sel progenitor eritrosit dan memicu transformasi sarkoma.

bcl-2, sebuah proto-onkogen yang teraktivasi oleh translokasi kromosomal dalam limfoma, berubah menjadi onkogen yang menghambat apoptosis sel limfoid. Pada modus normal, gen bcl-2 menyimpan data protein dari membran mitokondria sisi dalam, retikulum endoplasma dan membran inti sel, dan berfungsi menjadi bagian dari zat-zat antioksidan yang menghambat peroksidasi lipid pada membran sel.

Faktor pembelahan sel (Growth factors)
Faktor pembelahan sel, atau mitogen, umumnya dihasilkan oleh beberapa sel spesialis untuk menginduksi pembelahan sel. Bila suatu cell yang umumnya tidak memproduksi growth factors tiba-tiba mulai memproduksinya (karena berubah menjadi onkogen), sel tersebut akan mengalami pembelahan tak terkontrol. Hal ini dapat juga menyebar ke sel-sel yang berdekatan.


PERHATIKAN VIDEO BERIKUT INI



Lihat Video Lainnya

2 comments :

Info Farmasi/Obat Kanker